MENULIS PEKERJAAN DEMI KEABADIAN

AvatarOleh:
Saya begitu putus asa ketika berkata pada diri sendiri begini: 
"Aku akan terus konsisten, tidak perduli berapa lama waktu berlalu akan terus menulis di blog ini hingga kontenku mencapai 1000"
menulis hingga seribu konten?
setelah seribu konten, kemudian apa lagi?

Ada apa sih 1000 konten? Kesaktian apa yang akan di berikannya pada sebuah blog? Pertanyaannya, apakah saya akan berhasil, dan setelah berhasil, apa poinnya? Bukan apa apa saya membuat blog dan meninggalkan adsense samasekali. Tanpa masukan apa apa selain menyalurkan hobi. Tapi sekedar hobi saja ternyata tidaklah cukup, saya butuh semangat dan bahan bakar yang terus menyala. 

Tapi tidak, yang terjadi adalah: Kadang saya semangat, kadang tidak, kadang merasa berputus asa.

Pertanyaan terakhir setelah 1000 konten apakah blog saya abadi? Tidak harus. Jika saya ingin sampai kepada tujuan maka saya harus. Tapi ketika jalan masih panjang dan tujuan masih jauh saya sering meragu. Saya mulai membuat blog lain, tidak cukup satu, dua dan tiga. Dengan berbagai niche. Bagaimana saya membawa semuanya agar sampai ke tujuan?

Orang bisa mencapai tujuan seribu konten dengan membeli konten, tapi saya tidak. Karena tujuan saya ngeblog adalah menulis, blogging hanyalah sebagai sarananya, karena dulu saya ingin sekali menulis di majalah dan website ternama, namun tidak ada tulisan saya lolos dari meja redaksi, walaupun temanya saya rasa sudah sesuai dengan minat saya.

Saya bukan Radit Aditya, bukan Abah Dahlan Iskan yang mana mereka adalah tokoh masyarakat, lalu dengan apa saya meyakinkan calon pembaca saya dengan segala hanya integritas diri yang saya miliki?

Saya membuat blog baru namanya 'Demi Waktu - Semua baik baik saja' nama subdomain blog yang aneh dan saya ingin fight bukan hanya melawan abah Dahlan Iskan, Radit Aditya, lalu harus berhadapan dengan popularitas media media main stream dan termasuk konten konten video di Youtube.

Karena saya mengagumi JK Rowling! Tapi saya tidak ingin menjadi seperti dia! Saya ingin dunia melihat saya sebagaimana diri saya apa adanya: Manusia yang di samping memiliki segala kekurangan dan cacat cela, namun juga integritas dan kebaikan. Memangnya saya bisa memaksa dunia?

Dan...Ketika Engkau ingin menulis, Menulislah! Jangan di tunda.

Jadi saya mulai menulis, hanya menuliskan apa yang saya sukai, menyalurkan sesuatu yang mendesak dari kepala saya. Saya menulis di editblogtema, dan blog subdomain saya sendiri: DEMI WAKTU suaranya masih belum nyaring dan masih buram di mata mesin pencari, namun saya tidak akan bergantung kepada itu.

Alasan saya menulis adalah karena tulisan itu terdiri dari HURUF dan KATA sementara lautan hidup ini terdiri dari lautan entropi kata kata...Dan saya suka berfikir, memikirkan ide ide kehidupan, namun saya belum berani mengemukakannya. Semua kita memang layak lebih berhati hati agar tidak terjerumus oleh pemikiran kita sendiri.

Terakhir saya suka mengutip kata kata dua tokoh kita yang fahamnya berseberangan: Buya Hamka dan Ananta Pramoedya Toer. Kedua tokoh sastra ini sama sama mengatakan hal yang sama: "Jika ingin abadi, menulislah karena menulis itu adalah pekerjaan untuk keabadian"

Percayalah seribu konten itu tidak akan dapat membujuk apalagi memaksa mesin pencari meletakan setiap konten kita di atas top pencarian, namun seribu konten itu adalah untuk modal keabadian diri kita sendiri...

Saat saya merencanakan menulis sebuah cerita bersambung sebenarnya saya sedang menulis sebuah buku novel secara sistematis!

Tulisan ini telah tayang di editblogTema

5 Komentar untuk "MENULIS PEKERJAAN DEMI KEABADIAN"

  1. persis kayak saya..dalam menulis itu kadang semangat kadang tidak...naik turun...malah kadang buntu ide mau nulis apa

    BalasHapus
  2. Dulu pas pertama kali nulis asal - asalan, sekedar nulis dan menyalurkan hobi, tapi waktu itu ada teman yang menyarankan buat diajukan adsense biar ada penghasilan, akhirnya coba, lumayanlah walu sebenernya gak terlalu banyak..

    BalasHapus
  3. Setuju, dengan menulis kita tetap "abadi". Karena tulisan kita akan tetap bisa dibaca sampai kapanpun, apalagi setelah ada media internet seperti sekarang. Tapi yaa itu problemnya sama, aku pun sering gak konsisten. Kadang mau, kadang malah malas mati-matian. Padahal ada ide :'D

    BalasHapus
  4. Kita hanya manusia mas... Bukan malaikat, bukan juga iblis. Naik turun adalah bagian dari kehidupan.

    Saya tidak tahu apakah saya mengejar keabadian atau tidak karena saya pikir, saya sudah menikmati hasilnya sekarang dalam bentuk kebahagiaan saat menulis.

    Pentingkah menjadi abadi itu? Bukankah pada akhirnya hal itu bertentangan dengan kodrat manusia yang "fana"

    Maybe, karena itulah manusia gemar mengejar keabadian, karena dirinya "fana"

    BalasHapus
  5. jika niat kita menulis untuk berkongsi ilmu, mungkin ia akan berubah menjadi pahala yang sangat besar buat kita kelak

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel